Pada tahun 1966 Bapak H. Saeful Anwar mengusulkan agar di Cicaheum Bandung didirikan sebuah Lembaga Pendidikan Islam. Usulan tersebut mendapat respon yang positif dari para alumni PGAN Bandung, dan akhirnya Tahun 1967, terbentuklah sebuah Sekolah Pendidikan Guru Agama (PGA) yang diberi nama PGA Cicaheum yang lokasinya di Madrasah AL –HUSNA, para perintisnya antara lain Bapak Yusuf, Daud, Atang Mushafa Khalid, Enjang Hudaya, Enang Tosin, Rahman Maas, Hidayat M.A, Ayun Khadijah, Djafar Effendi,Atjeng Zakaria, R. Ahmad Qutub, Ateng Syamsul Rizal, Djadja Djakaria dan lain-lainnya.
Selanjutnya pada tahun 1973 PGA Cicaheum AL- HUSNA diubah menjadi PGA Negeri 4 Tahun Cicaheum, dan pada tahun1978 diubah lagi menjadi Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) 18 Cicaheum Bandung, selanjutnya pada tahun 1992 menjadi Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 Kotamadya Bandung. Lokasi Madrasah dari mulai berdiri sampai tahun 1981 terletak di sebelah timur terminal dan mulai tahun 1981 akhir sampai sekarang pindah ke jalan antapani 78 Bandung.
Sejak peralihan nama dari PGA 4 tahun menjadi MTs Negeri program kurikuler yang dilaksanakan mengacu pada Surat Keputusan Bersama tiga menteri yaitu, Menteri Agama, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan serta Menteri Dalam Negeri yang tertuang dalam SKB Nomor 6 tahun 1975, Nomor 037/U/1975 dan Nomor 36 Tahun 1975.
Sebagai tindak lanjut dari SKB tiga Menteri tersebut maka kurikulum yangdigunakan Madrasah Tsanawiyah adalah Kurikulum 1975 dengan bobot mata pelajarannya terdiri dari 70% untuk mata pelajaran umum dan 30% mata pelajaran agama.Perkembangan selanjutnya berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 SMP Negeri Berciri Khas Agama Islam.
Dengan demikian, kurikulum MTs pun mengalami perubahan yaitu sesuai dengankurikulum SMP tahun 2004 dengan alokasi bobot waktu 100% mata pelajaran SMP dan plus mata pelajaran agama antara 28% s.d. 37%. Dengan demikian mata pelajaran umum dan alokasi waktu yang diberikan di Madrasah Tsanawiyah sama dengan mata pelajaran dan alokasi waktu yang diberikan di SMP.Mulai tahun pelajaran 2006/2007.
kurikulum yang digunakan adalah kurikulum 2004 atau yang lebih dikenal dengan istilah Kurikulum Berbasis Kompetensi dan kurikulum 2006 atau Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Sekarang di MTsN 2 memakai kurikulum 2013 atau biasa di sebut sebagai "KURTILAS". Begitu panjang sejarah sekolah ini, sehingga menjadikan sekolah ini harum di wilayah jawa barat dan kota bandung.
Sekolah ini mendapatkan juara Adiwiyata tingkat jabar. Penataan lingkungan madrasah tak kalah dengan sekolah-sekolah di bawah Dinas Pendidikan. Hal itu ditunjukkan MTs Negeri 2 Bandung yang berhasil meraih penghargaan Adiwiyata tingkat Jabar sehingga maju menjadi nomine penghargaan nasional.
"Selama ini, madrasah di bawah Kemenag masih dianggap kurang baik mutunya padahal kalau kita benahi, akan bisa bersaing dan mengalahkan sekolah-sekolah di bawah Dinas Pendidikan," kata Kepala MTs Negeri 2 Bandung Bu Rohayati, di ruang kerjanya.
Bu Rohayati yang baru saja menjadi kepala MTs Negeri 2 Bandung sejak Januari 2016 langsung membenahi lingkungan dan mengampanyekan budaya hidup bersih dan sehat kepada guru dan siswa. "Sekolah berbudaya lingkungan bukan sebatas menata taman melainkan juga menumbuhkan kesadaran guru dan siswa dalam memelihara lingkungan. Semoga bisa meraih penghargaan Adiwiyata nasional," ucapnya.
Mengenai minat para lulusan SD/MI melanjutkan ke MTs, Rohayati mengatakan, minta tersebut tak tertampung karena peminatnya membeludak. "Tahun ini saja dari peminat ke MTs N 2 sebanyak 700 lulusan SD/MI, namun yang diterima hanya 288 siswa atau sekitar 40 persennya," tuturnya.
Sekolah ini juga mendapatkan apresiasi terhadap ide kreasi dari daur ulang sampah. Ide kreatif bisa lahir dari mana saja. Seperti dari pelajar Madrasah Tsanawiyyah Negeri 2 Kota Bandung yang membuat karya gaun-gaun indah dari limbah sampah.
Khairunnisa Yunia, siswi kelas 2 ini bersama lima temannya membuat pakaian unik dari limbah sampah. InspirasiKhairunnisa membuat gaun daur ulang yakni dari majalah dan Internet.
Kemudian limbah sampah tersebut dikreasikan sehingga menjadi gaun yang cantik.
Gaun karya Khairunnisa dan teman temannya terbuat dari sampah bungkus kopi, bekas sedotan, bekas tutup botol, bekas bungkus buah-buahan, kantong plastik bekas, busa sandal juga sendok plastik bekas.
Selama dua minggu mereka membuat pakaian tersebut."Ini ditempel-tempel saja, ada yang dijahit juga. Inspirasinya dari mana-mana, dari majalah internet," ujar Khairunnisa.
Selain Khairunnisa, ada juga Julfi. Julfi yang juga siswi MTs Negeri 2 Kota Bandung membuat baju dari tali rafia dan bekas koran. Julfi hanya membuat pakaian daur ulang itu selama satu minggu."Ini bikin sendiri, cuma seminggu saja. Idenya dari mana saja, terinspirasi dari khayalan-khayalan saya," ucapnya.
Dalam rangka Hari Peduli Sampah Nasional 2017, Khairunnisa dan teman-temannya hadir di Balai Kota Bandung untuk menerima hadiah dari Pemkot Bandung atas kreatifitasnya dalam lomba fashion show pakaian daur ulang beberapa waktu lalu. Kebetulan Khairunnisa menyabet gelar juara 1.
( Di pos oleh : Ahmad Nur Agung Yachya, kelas 9F TP. 2016/2017 )